Rabu, 19 Mei 2010

Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan

Nama Percobaan : Percobaan Rine

Nama Subjek Percobaan : Ibnu Farid

Tempat percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang

b. Dasar Teori : Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

c. Alat Yang Digunakan : Garputala

d. Jalannya Percobaan : a. - Garputala dipukul ke besi

- Setelah itu taruh garputala di atas kepala

- Setelah suara garputala berhenti, dekatkan garputala ke telinga

b. - Garputala dipukul ke besi

- Setelah itu taruh garputala ke belakang telinga

- Setelah suara dari garputala hilang, dekatkan garputala ke telinga

e. Hasil Percobaan :.Garputala yang awalnya ditaruh di atas kepala hingga suaranya hilang, kini setelah suaranya hilang dan ketika diletakkan ke telinga, garputala masih berbunyi tetapi berupa dengungan saja.

Garputala yang awalnya diletakkan di belakang telinga hingga suaranya tidak terdengar lagi, kini masih berdengung tetapi suara dengungnya tidak sekeras seperti garputala yang awalnya ditaruh di atas kepala.

· Semakin besar garputala, makin berat suaranya

· Garputala dan telinga yang sejajar menghasilkan hantaran suara yang bagus

· Pada orang tua, elastisitas Membrane Thympani kuran sehingga terkadang indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik

· Membrane Thympani menggeparkan Maleus Incus Stapes sehingga terdengar suara

f. Kesimpulan : Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul

g. Daftar Pustaka : Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri,

Rinne, Weber test dan Scwabach test. http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/. 03 Maret 2010



Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan

Nama Percobaan : Nistagmus

Nama Subjek Percobaan : Ibnu Farid

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu; memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya nistamus.

b. Dasar Teori : Nistagmus adalah suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.

Telinga dibagi menjadi 3 bagian :

· Bagian luar :

1. Daun telinga

2. Cuping telinga

3. Liang telinga

4. Membrane Thympani

· Bagian tengah :

MIS (Maleus Incus Stapes) / MALAS (Martil Landasan Sangurdi)

Pada telinga bagian dalam terdapat 2 ruangan yang berhubungan satu dengan yang lainnya, ruanan tersebut idak teratur disebut Labyrinth, ada 2 yaitu :

· Labyrinth Osseus (dinding tulang) terdiri dari serambi (Vertibulum, saluran gelung (Kanalis Semisirkularis), dan rumah siput (Cochlea).

· Labyrinth Membranicus (membran), terdiri dari : Sacula Orticula, 3 buah saluran gelung dan rumah siput yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan Sacula Donatricula (saraf kedelapan, saraf kranial ).

Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan

Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.

Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.

Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

c. Alat Yang Digunakan : Sapu tangan besar, tongkat atau batang yang bisa diberdirikan.

d. Jalannya Percobaan : - Subjek atau praktikan diminta untuk membungkukkan badan

- Subjek atau praktikkan memegang daun telinga dengan tangan yang berlawanan dari telinga yang dipegang sambil menutup mata

- Lakukan gerakan memutar selama beberapa kali

e. Hasil Percobaan :.Kepala subjek atau praktikkan terasa pusing dan kehilangan keeimbangan. Biasanya pandangan menjadi kabur atau berkunang-kunang, dan apa yang dilihat seperti berputar-putar.

f. Kesimpulan : Nistagmus adalah suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.

Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

g. Daftar Pustaka : Seputar biologi online. 2009. Indera Pendengar.

http://www.budakbiologi.co.cc/2009/05/indera-pendengar.html. 06 Maret 2010


Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan

Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi (Weber)

Nama Subjek Percobaan : Ibnu Farid

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi

b. Dasar teori : Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

c. Alat Yang Digunakan : Pipa karet

d. Jalannya Percobaan : - Pipa berupa karet diletakkan di kedua telinga

- Lalu pipa karet ditekan di salah satu titik, yaitu kanan, kiri atau tengah

e. Hasil Percobaan : Subjek atau praktikan bisa membedakan dimana titik itu di tekan/ dimana letak adanya sumber bunyi. Hal itu berarti pendengaran subjek atau praktikan masih normal tetapi percobaan itu bukan merupakan salah satu patokan untuk menentukan apakah pendengaran seseoran masih normal atau tidak.

f. Kesimpulan : Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

g. Daftar Pustaka : Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri,

Rinne, Weber test dan Scwabach test. http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/. 03 Maret 2010




1 komentar:

  1. thank, ya,, beri masukan buat aku tentang buat blog yang bgus yah ???

    BalasHapus